Oleh : Wahyu Priyono
Penggunaan social media dewasa ini sudah sangat populer di kalangan masyarakat Indonesia. Banyak jenis social media yang hadir di Indonesia. Friendster, Twoo, Linkedin, Netlog, Facebook, twitter, dan lain-lainnya. Dari beragram jenis social media tersebut, yang paling banyak digunakan adalah facebook dan twitter. Bukan hanya kalangan remaja atau ABG saja yang menggunakan. Anak-anak bahkan orang tua juga tidak ketinggalan. Hampir semua kalangan ikut meramaikannya. Dari pengamen sampai presiden, dari tukang bubur sampai gubernur, dari selebriti sampai bupati, dari pedagang tomat sampai camat, dari penari sampai menteri, hampir semua memiliki akun facebook maupun akun twitter.
Penulis yakin bahwa tujuan awal para pembuat facebook dan twitter adalah untuk kebaikan. Social media tersebut diharapkan dapat digunakan sebagai sarana atau media orang-orang di muka bumi ini untuk menjalin pertemanan atau persahabatan, saling mengenal dan bersilaturahim via dunia maya, bertukar informasi penting, bertukar pikiran, dan manfaat lainnya. Namun dalam perkembangannya, facebook dan twitter digunakan atau dimanfaatkan lebih dari sekedar ajang pertemanan seperti tersebut di atas. Ada yang memanfaatkan untuk memberi nasihat, mengajak kepada kebaikan, memberikan motivasi, dan mengiklankan suatu produk. Tetapi ada juga yang menggunakannya untuk menampilkan sesuatu yang tidak pantas (porno), wadah curhat dan galau, berpacaran, mengajak kepada keburukan, mengelabui/menipu orang lain, dan digunakan sebagai sarana untuk saling menjelakkan, menghujat atau menjatuhkan orang lain.
Sejak awal tahun ini, mayoritas rakyat Indonesia dibuat bingung, resah, dan geregetan oleh simpang siurnya pemberitaan di media cetak, media elektronik dan media online. Ditambah lagi oleh para pengguna media sosial yang dipenuhi dengan perang kata-kata, opini, sindirian, hujatan, hinaan dan kalimat-kalimat lain yang sejenis. Pemicunya adalah kegiatan pileg dan pilpres, mulai dari pencalonan sampai pasca pengumuman pemenang, bahkan sampai saat ini. Perang opini di media sosial terus saja berlangsung, seakan-akan tiada waktu untuk berhenti. Bukan saja informasi yang sifatnya mengiklankan dan mengkampanyekan keunggulan masing-masing calon. Akan tetapi informasi yang ditampilkan adalah kampanye negatif terhadap calon lain. Itulah sebagian contoh penggunaan media sosial yang tidak baik dan bijaksana.
Tentu saja penggunaan social media (facebook dan twitter) yang semakin luas dapat berdampak baik positif maupun negatif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dampak positif yang mungkin timbul antara lain menambah pertemanan/persahabatan/ persaudaraan, bisa berkomunikasi kembali dengan teman lama, dan dapat menambah informasi atau wawasan baru yang bermanfaat. Dampak negatif yang mungkin timbul antara lain anak-anak/orang dewasa menjadi keranjingan facebook atau twitter sehingga semangat belajar/bekerja berkurang, mudah beredarnya tulisan atau gambar yang merusak hubungan kemanusiaan, tidak terbendungnya tulisan yang berisi hasutan, fitnah dan ghibah, dan dampak negatif lain yang bisa dirasakan oleh individu, masyarakat, bangsa atau negara.
Jika informasi yang tayang di media cetak dan sosial, diterima tanpa adanya filter, maka bukan saja menimbulkan kesimpangsiuran berita, dan perang opini di media, juga akan melunturkan sikap saling menghormati dan menghargai antar sesama yang pada gilirannya akan menumbuhkan kebencian, permusuhan dan perpecahan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk itu diperlukan kesadaran dari para pengguna social media agar lebih arif dan bijaksana dalam menggunakan social media, sehingga dapat berkontribusi dalam kebaikan, bukan sebaliknya.
Agar dampak negatif itu tidak terjadi atau dapat diminimalisir, diperlukan kedewasaan dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia dalam menerima informasi yang hadir di hadapannya. Kedewasaan dalam menerima informasi itulah yang sering disebut dengan tabayun. Tabayun adalah sikap kritis terhadap setiap informasi yang diterima. Tabayun adalah kebiasaan meng-klarifikasi, mengecek ulang, atau meneliti informasi/berita dengan cermat dan cerdas. Artinya tidak mudah percaya dengan setiap informasi yang didengar atau setiap berita di media yang dibacanya, apalagi kalau sekedar status di media sosial.
Tabayun sangat diperlukan karena tidak semua informasi yang tayang di berbagai media adalah fakta atau realita yang sebenarnya. Tabayun sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. Tabayun akan berdampak positif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tabayun akan menumbuhkan sikap saling menghargai dan menciptakan keharmonisan, kedamaian dan ketentraman. Semoga kita senantiasa mampu mengedepankan sikap tabayun ini dalam keseharian kita. Aamiin. (WP)