Kota Bima

 100px-COA_Bima

Kota Bima yang terbentuk berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2002 secara geografis terletak di bagian timur Pulau Sumbawa. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wawo Kabupaten Bima, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Palibelo Kabupaten Bima, dan sebelah barat berbatasan dengan TelukBima.

Luas wilayah Kota Bima adalah 222,25 km2 terdiri dari 8,53 persen diantaranya (18,96 km2) merupakan lahan sawah dan sisanya 91,47 persen (203,29 km2) merupakan lahan bukan sawah.

Secara administratif wilayah Kota Bima sebelum dilakukan pemekaran wilayah terbagi dalam 3 (tiga) wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Rasanae Timur, dan Kecamatan Asakota dengan jumlah kelurahan sebanyak 25 kelurahan. Setelah dilakukan pemekaran, wilayah Kota Bima terbagi dalam 5 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Asakota, Kecamatan Rasanae Barat, Kecamatan Mpunda, Kecamatan Raba dan Kecamatan Rasanae Timur, jumlah kelurahan 38 kelurahan.

Kota Bima beriklim dengan curah hujan rata-rata 132,58 mm dan hari hujan rata-rata 10.08 hari/bulan puncaknya sekitar bulan Desember-Januari dengan temperatur berkisar 19,5C sampai 30,8C. Matahari bersinar terik sepanjang musim dengan rata-rata intensitas penyinaran tertinggi pada Bulan Oktober. Wilayah Kota Bima sebagian besar terdiri atas daerah daratan, tanahnya berada pada kemiringan 0-2% yaitu kurang lebih 80,77% dari luas wilayah, sedangkan kemiringan tanah yaitu antara 2-50% mempunyai luas terkecil yaitu kurang lebih 0,91% dari luas wilayah.

Sebagai wilayah yang berstatus kota, Bima unggul di sektor tersier seperti jasa dan perdagangan. Meski demikian, ia juga masih memiliki andalan di sektor pertanian, khususnya tanaman pangan. Padi yang dihasilkan di Bima lebih banyak berasal dari sawah irigasi setengah teknis dengan areal terluas berada di Kecamatan Rasanae Timur. Komoditas pertanian tanaman pangan utama selain padi adalah palawija dan sayur-sayuran seperti ubi kayu, kacang kedele, jagung, dan kacang tanah. Kecamatan yang paling banyak menghasilkan produk hasil bumi tersebut adalah juga Rasanae Timur. Komoditas-komoditas andalan tersebut ada yang di konsumsi sendiri dan sebagian juga diangkut ke luar Bima, misalnya Pulau Jawa.Sebagai wilayah yang terletak di posisi cukup strategis yaitu di bagian timur Pulau Sumbawa, Kota Bima sangat berpotensi sebagai daerah transit, khususnya antara wilayah-wilayah di bagian barat Pulau Sumbawa dengan Provinsi NTT. Dari sisi perdagangan, letak ini cukup menguntungkan karena jalur distribusi barang antarkedua wilayah tersebut, hampir selalu melalui Bima, baik melalui jalan darat, udara, maupun laut. Meski Kota Bima masih mengandalkan transportasi udaranya pada Bandar Udara Sultan Salahuddin di wilayah Kabupaten Bima dan transportasi laut via Pelabuhan Laut Bima yang masih dikelola kabupaten. Letak yang strategis ini sebenarnya juga bisa di gali untuk sektor pariwisatanya yaitu dengan memanfaatkan wisatawan yang hendak bepergian ke wilayah-wilayah di Provinsi NTT atau sebaliknya. Hanya saja Kota Bima baru berfungsi sebatas tempat singgah sementara, belum menjadi tujuan wisata.

Sarana dan Prasarana

Transportasi Darat

Transportasi di Kota Bima ditunjang oleh prasarana jalan: terminal dan pelabuhan laut. Panjang jalan raya sekitar 805,02 km terdiri dari : Jalan Negara (38,56 km), Jalan Provinsi (52,20 km), dan Jalan Kabupaten (174,26 km) yang sebagian besar merupakan jalan beraspal, dan sebagian lainnya jalan perkerasan batu dan jalan tanah. Fasilitas terminal sebanyak 3 buah, terdiri dari 1 buah terminal tipe B terletak di Kampung Dara yang merupakan terminal regional yang menghubungkan Kota Bima dengan kabupaten/kota lainnya, dan Terminal Tipe C yang terdapat di Kelurahan Kumbe yaitu terminal angkutan umum yang menuju ke Kecamatan Sape Kabupaten Bima dan di Desa Jati Baru yaitu terminal angkutan umum yang menuju ke Kecamatan Wera Kabupaten Bima. Sarana angkutan darat dalam Kota Bima dilayani oleh bemo, benhur dan ojek.

Transportasi Laut

Sedangkan transportasi laut ditunjang oleh 1 pelabuhan laut sebagai pintu gerbang utama masuknya penumpang, barang dan jasa. Pelabuhan Bima dibangun pada Tahun 1963, merupakan pelabuhan laut utama di wilayah pengembangan Pulau Sumbawa Bagian Timur sebagai Pelabuhan Feeder. Sehubungan dengan fungsinya yang strategis, pelabuhan laut Bima memiliki dermaga samudera sepanjang 142 m dan luas lantai 2.050 m² serta dermaga pelayaran rakyat sepanjang 50 m dengan lantai 500 m². kedalaman air Teluk Bima 12 m, lebar minimum 1000 m dan kedalaman sepanjang 134 m dan luas lantai 750 m², open strorage 26.097 m², terminal penumpang 200 m, listrik dengan kekuatan 15 KVA dan 2 buah Bunker air bersih, masing-masing dengan volume 200 Ton.

Pos dan Telekomunikasi

Jasa pelayanan pos dilakukan dengan menyediakan 1 Kantor Pos Cabang Bima dan Kantor Pos Pembantu yang ada di Bima dan di Raba. Untuk mempermudah penduduk yang menggunakan jasa pelayanan Pos, di seluruh bagian wilayah Kota Bima disebar Bis Surat. Sedangkan sistem jaringan telepon yang dilayani oleh PT Telkom melalui 1 kantor pusat, kantor pelayanan telepon, saranan telepon seluler dan internet, dapat dikatakan sudah cukup memadai. Hal ini dirasakan pada penyebaran telepon umum di seluruh kota baik berupa telepon umum koin maupun telepon umum kartu. Pelayanan jasa Interlokal maupun Internasional, di beberapa lokasi strategis di Kota Raba-Bima telah menerapkan sistem Sambungan Telepon Otomat (STO), non telepon seluler sehingga mempermudah hubungan langsung jarak jauh. Berdasarkan data yang ada tercatat jumlah telepon mencapai sekitar 861 unit, dengan jumlah pelayanan meliputi rumah tangga (3.859), bisnis (1.040), dan sosial (13).

Perdagangan

Sektor perdagangan, hotel dan restoran di Kota Bima baru memberikan andil sebesar 16,66 % dalam pembentukan PDRB. Fasilitas perdagangan terdiri atas pertokoan dan pasar umum. Lokasi pertokoan meliputi 2 kawasan perdagangan, yaitu di Kota Bima dan Raba. Kawasan pasar umum di seluruh Kota Raba-Bima tercatat 4 unit masing-masing di Kelurahan Kumbe, Rabangodu, Tanjung, dan Sarae. Sedangkan jumlah hotel dan restoran sebanyak 51 unit yang tersebar di 3 kecamatan kota. Dengan memperhatikan kondisi yang ada dalam mewujudkan Kota Bima sebagai kota Transit maka pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi perhatian utama.

Pariwisata

Secara historis Kota Bima merupakan pusat Kesultanan Bima dimasa lampau. Dengan warisan kekayaan budaya yang dimiliki, Kota Bima dapat mengembangkan wisata budaya dengan kebudayaan Islam sebagai basisnya. Asi Mbojo (istana kesultanan), kuburan raja-raja dan para wali, permainan dan kesenian rakyat serta upacara keagamaan seperti perayaan maulud, U’a pua, dan prosesi pelantikan raja, dan lain-lain merupakan obyek dan event yang sangat menarik. Wisata alam dan bahari juga bisa dikembangkan. Kawasan pesisir dari Pantai Lawata sampai pintu gerbang Kota Bima bisa dikembangkan sebagai pusat perhotelan dan perdagangan souvenir. Taman Kota juga bisa diciptakan sebagai alternatif bagi wisatawan domestik.

Pariwisata cukup potensial dikembangkan di wilayah ini terutama pariwisata alam meliputi Pantai Lawata, Pantai Ule, Pantai Kolo, Pulau Kambing; dan pariwisata budaya meliputi museum Asi Mbojo, kuburan Tolobali, bukit Danatraha (kompleks makam Kesultanan Bima), Benteng Asakota. Hal ini didukung pula oleh berbagai usaha jasa dan produk wisata yang cukup baik seperti usaha perhotelan, biro perjalanan wisata, dan souvenir berupa tenun ikat, songket, sarung dan lain-lain.

Kependudukan

Jumlah penduduk

Kota Bima berdasarkan data Tahun 2000 tercatat sebesar 116.295 jiwa, yang terdiri dari 57.108 jiwa (49%) penduduk laki-laki dan 59.187 jiwa (51%) penduduk perempuan. Sebaran penduduk kurang merata, konsentrasi penduduk berada di pusat-pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan. Penduduk terbanyak berada di Kelurahan Paruga yaitu sebesar 12.275 jiwa (11,00%) dan paling sedikit di Desa Kendo yaitu 1.130 jiwa (1.00%).

Mata pencaharian

Komposisi penduduk Kota Bima berdasarkan mata pencaharian didominasi oleh petani/peternak dan jasa/pedagang/pemerintahan, yang besarnya masing-masing 45,84% dan 45,05%. Jenis pekerjaan yang digeluti penduduk Kota Bima antara lain: petani 15.337 orang, nelayan 425 orang, peternak 13.489 orang, penggalian 435 orang, industri kecil 1.952 orang, industri besar/sedang 76 orang, perdagangan 1.401 orang, ABRI 304 orang, guru 1.567 orang dan PNS berjumlah 2.443 orang.

Keagamaan

Mayoritas penduduk Kota Bima memeluk agama Islam yaitu sekitar 97,38% dan selebihnya memeluk agama Kristen Protestan 0,89%, Kristen Katholik 0,62% dan Hindu/Budha sekitar 1,11%. Sarana peribadatan di Kota Bima terdiri dari Masjid sebanyak 51 unit, Langgar/Mushola 89 unit dan Pura/Vihara 3 unit. Sedangkan fasilitas sosial yang ada di Kota Bima meliputi Panti Sosial Jompo dan Panti Asuhan sebanyak 6 Panti yang tersebar di 3 Kecamatan. Masyarakat Bima adalah masyarakat yang religius. Secara historis, Bima dulu merupakan salah satu pusat perkembangan Islam di Nusantara yang di tandai oleh tegak kokohnya sebuah kesultanan yaitu kesultanan Bima. Islam tidak saja bersifat elitis, hanya terdapat pada peraturan-peraturan formal-normatif serta pada segelintir orang saja melainkan juga populis, menjadi urat nadi dan darah daging masyarakat, artinya juga telah menjadi kultur masyarakat Bima.