Dompu (Suara NTB) – Kabupaten Dompu terancam mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih dalam beberapa tahun kedepan. Rusaknya hutan akibat alih fungsi menjadi ladang jagung menjadi salah satu pemicu. Program Dompu Berjasa (Bersih, Hijau, dan Sehat) yang dilounching 11 April 2021 lalu belum diikuti program nyata di lapangan.
Wakil Bupati Dompu, H. Syahrul Parsan, ST,MT kepada wartawan usai menghadiri rapat paripurna Dewan, Senin, 7 Juni 2021 mengakui, program Dompu Berjasa yang diluncurkan pada peringatan Hari Jadi Dompu ke 206 tahun lalu belum terlihat sebagai sebagai sebuah gerakan. Program tersebut masih ditindaklanjuti sebagai program rutin, sehingga belum berdampak ke masyarakat. “Insyaallah dalam minggu – minggu kedepan akan kelihatan nyata,” kata H. Syahrul Parsan.
Dalam 100 hari kepemimpinan AKJ Syah lalu, diakui H. Syahrul, pihaknya fokus menyelesaikan beberapa persoalan internal birokrasi pemerintahan. Terutama soal temuan dan catatan BPK, seperti soal aset dan lainnya. “Jadi kita lebh fokus dulu ke situ, mengamankan terkait dengan aset dan temuan – temuan penting. Tapi bukan berarti kami melupakan apa yang menjadi program kami. Tetap kami laksanakan dan tetap kami usahakan,” katanya.
H. Abdul Hamid H M Ali, tokoh masyarakat Karamabura beberapa waktu lalu mengungkapkan kekhawatirannya soal kondisi hutan di Karamabura hingga Saneo, dan Serakapi Kabupaten Dompu yang sudah gundul akibat alih fungsi sebagai ladang untuk tanam jagung. Padahal kawasan hutan ini menjadi sumber mata air untuk air bersih hingga air irigasi bagi sebagian besar wilayah Kabupaten Dompu. Jika tidak segera ditangani, dua tiga tahun kedepan Kabupaten Dompu akan kesulitan mendapatkan air akibat hutan penyangga mata air sudah rusak.
Ada tiga sumber mata air di sekitar kawasan hutan Karamabura yaitu so Monggo Lenggo, Paruga Rumasai, dan Rabakalate. Mata air so Monggo Lenggo menjadi sumber air baku IPA Rora PDAM Dompu. Sementara di So Paruga Rumasai dan Rabakalate menjadi sumber air bersih bagi warga di Karamabura, Saneo dan Serakapi. “Kalau dulu, dari satu sumber mata air saja cukup untuk kebutuhan warga sekitar. Sekarang harus disatukan dari tigas umber itu baru bisa dialirkan ke warga (Karamabura). Kalau tidak ada penanganan, jangan heran nanti air untuk warga Dompu akan kita stop dan kita alirkan untuk warga Serakapi,” ingatnya.
Salah seorang pejabat di Dompu yang enggan disebutkan namanya menyebutkan, persoalan air bersih warga Dompu menjadi masalah serius yang harus segera ditangani dengan penghijauan untuk menjaga hutan penyangga. Rusaknya hutan menyebabkan debit air untuk air bersih dan air irigasi kini semakin sulit. Bahkan lokasi hunian untuk relokasi warga korban banjir Daha yang mulai dibangun akan kesulitan mendapatkan air bersih. Di lokasi hunian tersebut tidak terdapat titik air untuk sumur dalam. Mata air untuk sumber air bersih di Desa Daha juga tidak ada. (ula)
Sumber: Suara NTB